Subjudul: Fikih Belas Kasih
Apa yang membedakan fikih para sufi dengan yang bukan sufi? Bagaimana posisi fikih para sufi dalam spektrum ahl al-hadîts (Tradisionalis) dan ahl al-ra’y (Rasionalis)? Apa preferensi para sufi terkait 4 mazhab fikih utama (Maliki, Syafi‘i, Hanafi, dan Hanbali)? Bagaimana pandangan para sufi teologis tentang Tuhan berpengaruh terhadap pandangan mereka tentang ushul fikih dan cara beragama? Betulkah para sufi punya mazhab sendiri yang khas dan unik? Bisakah pengalaman ruhani langsung dipakai sebagai sumber verifikasi ijtihad?
Tiga sufi, yakni Hakim Tirmidzi, Abdul Wahhab al-Sya‘rani, dan Ibn Arabi, akan ditampilkan pemikiran fikihnya di tengah medan luas pemikiran fikih para imam mazhab, dengan corak masing-masing.
Buku ini memberikan sorotan khusus pada penekanan para sufi tersebut kepada prinsip rahmah, yang—dalam segenap loyalitas mereka kepada syariah—membuka ruang luas bagi kemudahan dan keluwesan dalam beragama. Dan bagaimana aspek imanensi (tasybih, ke-“manusiaan”) Allah Swt. dalam wajah Jamaliyah (“feminin”)-nya memberi corak pada fikih mereka?
Inilah buku sangat penting ihwal relasi yang kompleks dan dinamis antara fikih dan tasawuf.
“Sebuah karya penting yang menjembatani antara kedalaman tasawuf dan kedisiplinan fikih.
Dengan pendekatan penuh rahmah, buku ini merumuskan ulang
makna syariah dalam wajah yang lebih inklusif dan membebaskan.”
—Haidar Bagir, penulis Islam Tuhan, Islam Manusia
“Buku yang penuh kejutan, cenderung berada di luar pakem studi Islam.
Anggapan bahwa terdapat dinding penghalang antara fikih dan tasawuf tidak benar sama sekali.”