Judul: Retak, Luruh, Kembali Utuh
Ini jalan yang harus ditempuh. Rindu, sakit, dan marah tetap harus dilalui. Dia yang pernah singgah dan menyentuh mimpi indahku, tak selalu jadi tempat berlabuh yang utuh. “Aku hanya kain pel yang lusuh di matamu.” Itu kata yang kuingat sebelum malam benar-benar menelannya ….
Jika kita usai, ajarkan aku berjalan lagi.
Temani aku barang sebentar walau berjalan membelakangimu.
Aku janji hanya sebentar.
Kumpulan puisi Prilly Latuconsina, menghimpun 40 puisi dalam tiga fragmen fase kehidupan. Kehilangan, keterpurukan atas kehilangan, proses menata hidup yang baru.
“Retak, Luruh, Kembali Utuh” menjadi frasa yang menjadi motif penulis melihat dirinya sendiri. Prilly yang dikenal sebagai perempuan mandiri, memiliki karier cemerlang di dunia hiburan, menyimpan sisi sublim dalam dirinya. Sisi yang jarang tersentuh media mana pun.
Dalam Retak, Luruh, Kembali Utuh, Prilly mencoba membuka ruang paling privat dalam dirinya ke hadapan publik dengan estetik. Ada tangis yang mengkristal menjadi puisi, ada harapan yang mengeras bersama karang, dan ada kesunyian yang bisa kita rasakan di dasar lautan pikiran Prilly Latuconsica.