Aspek budaya sering kali hanya ditempatkan sebagai instrumen dalam ranah kajian bencana, khususnya pada proses recovery kondisi korban setelah kejadian bencana. Padahal, masyarakat lokal terbukti memiliki daya adaptasi yang luar biasa terhadap terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan yang ekstrem sekalipun. Dalam beberapa hal, meskipun tidak didasari kerangka teori dan metodologi yang jelas, masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda awal kejadian bencana. Sistem pengetahuan lokal ini sering kali diabaikan dalam proses mitigasi bencana.
Fokus utama pada buku kedua dari serial Agama dan Bencana ini adalah mengetengahkan pemahaman dan daya lenting masyarakat yang dibangun atas sistem pengetahuan lokal, sekaligus mengkaji kemungkinan mempertemukan pendekatan sains dan budaya. Contoh-contoh kasus yang diambil dari berbagai daerah di Indonesia memperlihatkan bahwa masyarakat memiliki sistem pengetahuan yang berasal dari pengalaman panjang interaksi dengan lingkungan hidupnya. Sistem sosial pun kadang sudah disesuaikan dengan gerak-gerik alam. Oleh karena sifatnya yang mengakar kuat, perspektif, kearifan lokal, dan pranata lokal akan memberikan landasan yang kuat dalam membangun masyarakat tangguh bencana yang lebih partisipatif.
Penulis: Agus Indiayanto & Arqom K.
Penerbit: Mizan
Tahun: 2012
Kategori: Non-Fiksi
Tebal: 244 h. Harga: Rp35.000