Aku tak ingin dianggap sebagai “anak perempuan yang ditembak oleh Taliban”,
tapi “anak perempuan yang berjuang untuk pendidikan”.
Namaku Malala. Saat aku lahir, para tetangga bersimpati pada ibuku, karena melahirkan anak yang tak bisa meneruskan nama keluarga. Tapi, bagi ayah, perempuan ataupun lelaki, sama. Sama-sama berhak tumbuh dan dididik setara. Namun, perang dan kekerasan antara militan Taliban dan militer Pakistan memusnahkan kesempatan itu. Kami, anak-anak, perempuan, dan penduduk sipil berada di antara dua kekuatan yang berebut kekuasaan. Aku dan ayah berusaha melawan, melalui satu-satunya cara yang kami bisa, pena dan suara. Hingga tiga tembakan di siang yang panas berusaha membungkam suara kami. Mereka bilang, aku beruntung karena bertahan hidup. Mereka bilang, aku adalah simbol perjuangan untuk pendidikan anak-anak perempuan. Aku hanya tahu satu hal, Allah menyelamatkanku agar aku terus bersuara demi jutaan anak-anak yang terancam haknya akibat perang dan kekerasan.
Pendidikan adalah jalan untuk menyelamatkan jiwa, membangun perdamaian,
dan memberdayakan generasi muda. Itu adalah pelajaran yang ingin ditekankan Malala
dan jutaan gadis lainnya pada dunia. Dan kita harus mendengar mereka.
—Ban Ki-moon, Sekjen PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
Malala adalah bukti bahwa hanya butuh satu suara pemberani
untuk menginspirasi dan menggerakkan jutaan pria, wanita, dan anak-anak.
—Angelina Jolie, Duta UNHCR
Penulis: Malala Yousafzai & Christina Lamb
Penerbit: Mizan
Tahun: 2014
Kategori: Social Science
Tebal: 386 h.
Harga: Rp79000